BUDIDAYA SEMANGKA
Budidaya Semangka |
1. SEJARAH SINGKAT
Semangka (Citrullus vulgaris) merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti : Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh
manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi cepat.
2. JENIS TANAMAN
Terdapat puluhan varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi hanya
beberapa jenis yang diminati para petani/konsumen. Di Indonesia varietas yang
cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal (Semangka
hitam dari Pasuruan, Semangka Batu Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan
Semangka Hibrida Impor (dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai
keunggulan tersendiri. Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni
negara asalnya : benih Yamato, Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.
3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar,
tetapi ada yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan
sayur-mayur. Semangka yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya, yang
memiliki aroma dan rasa tawar, bijinya diolah menjadi makanan ringan yang
disebut "kuwaci" (disukai masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit
semangka juga dibuat asinan/acar seperti buah ketimun atau jenis labu-labuan
lainnya.
4. SENTRA PENANAMAN
4. SENTRA PENANAMAN
Semangka banyak dibudidayakan di negara-negara seperti Cina, Jepang, India
dan negera-negara sekitarnya. Sentra penanaman di Indonesia terdapat di Jawa
Tengah (D.I. Yogyakarta, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo); di Jawa
Barat (Indramayu, Karawang); di Jawa Timur ( Banyuwangi, Malang); dan di
Lampung, dengan rata-rata produksi 30 ton/ha/tahun.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Secara teoritis curah
hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan.
2) Seluruh areal pertanaman
semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Kekurangan sinar
matahari menyebabkan terjadinya kemunduran waktu panen.
3) Tanaman semangka akan
dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang
hari).
4) Suhu udara yang ideal
bagipertumbuhan tanaman semangka adalah suhu harian rata-rata yang berkisar
20–30 mm.
5) Kelembaban udara
cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal penanaman, berarti udara
kering yang miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman
semangka, sebab di daerah asalnya tanaman semangka hidup di lingkungan padang
pasir yang berhawa kering. Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi akan
mendorong tumbuhnya jamur perusak tanaman.
5.2. Media Tanam
1) Kondisi tanah yang cocok
untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup gembur, kaya bahan organik,
bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan.
2) Keasaman tanah (pH) yang
diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah asam) maka diadakan pengapuran
dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah tersebut.
3) Tanah yang cocok untuk
tanaman semangka adalah tanah porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan
air, tetapi tanah yang terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami
semangka.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka
adalah: 100-300 m dpl. Kenyataannya semangka dapat ditanam di daerah dekat
pantai yan mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas perbukitan
dengan ketinggian lebih dari 300 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Pemilihan jenis benih
semangka yang disemaikan adalah: Hibrida import, terutama benih jenis Triploid
(non biji) yang mempunyai kulit biji yang sangat keras dan jenis Haploid
(berbiji).
2) Penyiapan Benih
Jenis benih Hibrida
impor, terutama jenis bibit triploid setelah dipilih disiapkan alat bantu untuk
menyayat/merenggangkan sedikit karena tanpa direnggangkan biji tersebut sulit
untuk berkecambah, alat bantu tersebut berbentuk gunting kuku yang mempunyai
bentuk segitiga panjang berukuran kecil dan disediakan tempat kecil yang
mempunyai permukaan lebar. Jenis Haploid dengan mudah disemai karena bijinya
tidak keras sehingga mudah membelah pada waktu berkecambah.
3) Teknik Penyemaian Benih
Teknik penyemaian benih
semangka dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
a) Perenggangan bibit biji
semangka terlebih dahulu supaya untuk mempermudah dalam proses pertumbuhannya;
b) Perendaman biji dalam
suatu satuan obat yang diramu dari bahan-bahan: 1 liter air hangat suhu 20-25
derajat C; 1 sendok teh hormon (Atornik, Menedael, Abitonik); 1 sendok peres
fungisida (obat anti jamur) seperti: Difoldhan 4T, Dacosnil 75 WP, Benlate; 0,5
sendok teh peres bakterisida (Agrept 25 WP). Setelah direndam 10-30 menit,
diangkat dan ditiriskan sampai air tidak mengalir lagi dan bibit siap
dikecambahkan.
4) Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
Kantong-kantong
persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh sejak terbit
hingga tenggelam. Diberi perlindungan plastik transparan serupa rumah kaca mini
dan untuk salah satu ujungnya terbuka dengan pinggiran yang terbuka. Pemupukan
dilakukan lewat daun untuk memacu perkembangan
bibit dicampur dengan obat, dilakukan rutin setiap 3 hari sekali. Pada usia 14 hari, benih-benih dipindahkan ke lapangan yang telah matang dan siap ditanami benih tersebut.
bibit dicampur dengan obat, dilakukan rutin setiap 3 hari sekali. Pada usia 14 hari, benih-benih dipindahkan ke lapangan yang telah matang dan siap ditanami benih tersebut.
5) Pemindahan Bibit
Setelah pengecambahan
dilakukan penyemaian bibit menggunakan kantongkantong plastik berukuran : 12 cm
x (0,2 - 0,3 )mm. Satu kantong ditanam satu benih (sudut kantong dipotong
secukupnya untuk pengurangan sisa air) dan diisi campuran tanah dengan pupuk
organik komposisi: 1 bagian tanah kebun, 1
bagian kompos/humus, 1 bagian pupuk kandang yang sudah matang. Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3 helai, dipindahkan ke areal penanaman yang telah diolah.
bagian kompos/humus, 1 bagian pupuk kandang yang sudah matang. Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3 helai, dipindahkan ke areal penanaman yang telah diolah.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Bila areal bekas kebun, perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masih tumbuh. Bila bekas persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itu mudah dicangkul, kemudian diteliti pH tanahnya.
Bila areal bekas kebun, perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masih tumbuh. Bila bekas persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itu mudah dicangkul, kemudian diteliti pH tanahnya.
2) Pembukaan Lahan
Lahan yang ditanami
dilakukan pembalikan tanah untuk menghancurkan tanah hingga menjadi
bongkahan-bongkahan yang merata. Tunggul bekas batang/jaringan perakaran
tanaman terdahulu dibuang keluar dari areal, dan juga segala jenis batuan yang
ada dibuang, sehingga tidak mempengaruhiperkembangan tanaman semangka yang akan
ditanam di areal tersebut.
3) Pembentukan Bedengan
Tanaman semangka membutuhkan
bedengan supaya air yang terkandung d dalam tanah mudah mengalir keluar melalui
saluran drainase yang dibuat. Jumlah bedengan tergantung jumlah baris tanam
yang dikehendaki oleh si penanam (bentuk bedengan baris tanaman ganda, bedengan
melintang pada arealpenanaman). Lebar bedengan 7-8 meter, tergantung tebal
tipis dan tinggi bedengan (tinggi bedengan minimum 20 cm).
4) Pengapuran
Dilakukan dengan
pemberian jenis kapur pertanian yang me-ngandung unsur Calsium (Ca) dan
Magnesium (Mg) yang bersifat menetralkan keasaman tanah dan menetralkan racun
dari ion logam yang terdapat didalam tanah. Dengan kapur Karbonat/kapur
dolomit. Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5
diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.
diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.
5) Pemupukan
Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari hewan sapi/kerbau dan dipilih pupuk kandang yang sudah matang. Pupuk kandang berguna untuk membantu memulihkan kondisi tanah yang kurang subur, dengan dosis 2 kg/ bedengan. Caranya, ditaburkan disekeliling baris bedengan secara merata. Pupuk tersebut terdiri atas: (a) Pupuk Makro yang terdiri dari unsur Nitrogen, Phospor, Kalsium (dibuat dari pupuk ZA, TSP dan KCl); (b) Pupuk Mikro yang terdiri dari Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Mangaan (Mn), Besi (Fe), Belerang (S),Tembaga (Cu), Seng (Zn) Boron (Bo) dan Molibden (Mo). Pupuk tersebut, dijual dengan beberapa merek seperti Mikr oflex, Microsil dll. Penggunaannya, dicampur 1% obat anti hama penggerek batang.
Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari hewan sapi/kerbau dan dipilih pupuk kandang yang sudah matang. Pupuk kandang berguna untuk membantu memulihkan kondisi tanah yang kurang subur, dengan dosis 2 kg/ bedengan. Caranya, ditaburkan disekeliling baris bedengan secara merata. Pupuk tersebut terdiri atas: (a) Pupuk Makro yang terdiri dari unsur Nitrogen, Phospor, Kalsium (dibuat dari pupuk ZA, TSP dan KCl); (b) Pupuk Mikro yang terdiri dari Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Mangaan (Mn), Besi (Fe), Belerang (S),Tembaga (Cu), Seng (Zn) Boron (Bo) dan Molibden (Mo). Pupuk tersebut, dijual dengan beberapa merek seperti Mikr oflex, Microsil dll. Penggunaannya, dicampur 1% obat anti hama penggerek batang.
6) Lain-lain
Tahap penghalusan dan
perataan bongkahan tanah pada sisi bedengan pad tempat penanaman semangka
dilakukan dengan cangkul. Di bagian tengah, sebagai landasan buah pada
bedengan, diratakan dan diatas lapisan ini diberi jerami kering untuk
perambatan semangka dan peletakan buah. Bedengan perlu disiangi, disiram dan
dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm dan plastik mulsa dengan lebar plastik
110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuh tanaman liar. Pemakaian
plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama, sampai 8-12 bulan pada
areal terbuka (2 - 3 kali periode penanaman). Plastik sisa yang berwarna perak
yang memantulkan sinar matahari dan secara tidak langsung membantu tanaman
banyak mendapat sinar matahari untuk pertumbuhannya.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Tanaman semangka
merupakan tanaman semusim dengan pola tanam monokultur.
2) Pembuatan Lubang Tanaman
Penanaman bibit semangka
pada lahan lapangan, setelah persemaian berumur 14 hari dan telah tumbuh daun ±
2-3 lembar. Sambil menunggu bibit cukup besar dilakukan pelubangan pada lahan
dengan kedalaman 8-10 cm. Persiapan pelubangan lahan tanaman dilakukan 1 minggu
sebelum bibit dipindah ke darat. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan
jarak antara lubang sekitar 80-100 cm/tergantung tebal tipisnya bedengan. Lahan
tertutup dengan plastik mulsa, maka diperlukan alat bantu dari kaleng bekas cat
ukuran 1 kg yang diberi lubang-lubang disesuaikan dengan kondisi tanah bedengan
yang diberi lobang.
3) Cara Penanaman
Setelah dilakukan
pelubangan, areal penanaman disiram secara massal supaya tanah siap menerima
penanaman bibit sampai menggenangi areal sekitar ¾ tinggi bedengan, dan
dibiarkan sampai air meresap. Sebelum batang bibit ditanam dilakukan
perendaman, agar mudah pelepasan bibit menggunakan kantong plastik yang ada.
Langkah imunisasi dilakukan dengan perendaman selama 5-10 menit disertai
campuran larutan obat obatan. Susunan obat terdiri dari: 1 sendok teh hormon
Atonik, Abitonik, dekamon, menedael, 1 sendok teh peres bakterisida tepung, 1
sendok teh peres fungisida serbuk/tepung (Berlate, dithane M-45, Daconiel).
Urutan penanaman adalah
sebagai berikut :
a. Kantong plastik diambil
hati-hati supaya akar tidak rusak.
b. Tanam dengan tanah
posisi kantong dan masukkan ke lubang yang sudah disiapkan
c. Celah-celah lubang
ditutup dengan tanah yang telah disiapkan
d. Lubang tanaman yang
tersisa ditutup dengan tanah dan disiram sedikit air agar media bibit menyatu
dengan tanah disekeliling dapat bersatu tanpa tersisa.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan
Penyulaman
Tanaman semangka yang
berumur 3-5 hari perlu diperhatikan, apabila tumbuh terlalu lebat/tanaman mati
dilakukan penyulaman/diganti dengan bibit baru yang telah disiapkan dari bibit
cadangan. Dilakukan penjarangan bila tanaman terlalu lebat dengan memangkas
daun dan batang yang tidak diperlukan, karena
menghalangi sinar matahari yang membantu perkembangan tanaman.
menghalangi sinar matahari yang membantu perkembangan tanaman.
2) Penyiangan
Tanaman semangka cukup
mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan cabang primer yang cenderung banyak.
Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotong ranting sekunder. Perlu penyiangan pada
ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai
daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah ditebang karena
mengganggu pertumbuhanbuah. Pengaturan cabang utama dan cabang primer agar
semua daun pada tiap cabang tidak saling menutupi, sehingga pembagian sinar
merata, yang mempengaruhi pertumbuhan baik pohon/buahnya
3) Pembubunan
Lahan penanaman semangka
dilakukan pembubunan tanah agar akar menyerap makanan secara maksimal dan
dilakukan setelah beberapa hari penanaman.
4) Perempalan
Dilakukan melalui
penyortiran dan pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena
mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang berkembang. Perempelan
dilakukan untuk mengurangi tanaman yang terlalu leba akibat banyak tunas-tunas
muda yang kurang bermanfaat.
5) Pemupukan
Pemberian pupuk organik pada saat sebelum tanam tidak akan semuanya terserap, maka dilakukan pemupukan susulan yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan. Pada pertumbuhan vegetative diperlukan pupuk daun (Topsil D), pada fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukan Topsis B untuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pemberian pupuk daun dicampur dengan insekstisida dan fungisida yang disemprotkan bersamaan secara rutin. Adapun penyemprotan dilakukan sebagai berikut :
Pemberian pupuk organik pada saat sebelum tanam tidak akan semuanya terserap, maka dilakukan pemupukan susulan yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan. Pada pertumbuhan vegetative diperlukan pupuk daun (Topsil D), pada fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukan Topsis B untuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pemberian pupuk daun dicampur dengan insekstisida dan fungisida yang disemprotkan bersamaan secara rutin. Adapun penyemprotan dilakukan sebagai berikut :
a) Pupuk daun diberikan
pada saat 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah tanam;
b) Pupuk buah diberikan
pada saat 45 dan 55 hari setelah tanam;
c) ZA dan NPK (perbandingan
1:1) dilakukan 21 hari setelah tanam sebanyak 300 ml, 25 hari setelah tanam
sebanyak 400 ml dan 55 hari setelah tanam sebanyak 400 ml.
6) Pengairan dan Penyiraman
Sistim irigasi yang
digunakan sistem Farrow Irrigation: air dialirkan melalui saluran diantara
bedengan, frekuensi pemberian air pada musim kemarau 4-6 hari dengan volume
pengairan tidak berlebihan. Bila dengan pompa air sumur (diesel air) penyiraman
dilakukan dengan bantuan slang plastik yang cukup besar sehingga lebih cepat.
Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak kekurangan air.
7) Waktu Penyemprotan
Pestisida
Selain pupuk daun,
insktisida dan fungisida, ada obat lain yaitu ZPZ (zat perangsang tumbuhan);
bahan perata dan perekat pupuk makro (Pm) berbentuk cairan. Dosis ZPT: 7,5 cc,
Agristik: 7,5 cc dan Metalik (Pm): 10 cc untuk setiap 14-17 liter pelarut.
Penyemprotan campuran obat dilakukan setelah tanaman berusia >20 hari di
lahan. Selanjutnya dilakukan tiap 5 hari sekali hingga umur 70 hari. Penyemprotan
dilakukan dengan sprayer untuk areal yang tidak terlalu luas dan menggunakan
mesin bertenaga diesel bila luas lahan ribuan hektar. Penyemprotan dilakukan
pagi dan sore hari tergantung kebutuhan dan kondisi cuaca.
8) Pemeliharaan Lain
Seleksi calon buah
merupakan pekerjaan yang penting untuk memperoleh kualitas yang baik (berat
buah cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman), calon buah
yang dekat dengan perakaran berukuran kecil karena umur tanaman relatif muda
(ukuran sebesar telur ayam dalam bentuk yang baik dan tidak cacat). Setiap
tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Setiap calon buah ±
2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat
ketidak-merataan terkena sinar matahari, sehingga warna kurang menarik dan
menurunkan harga jual buah itu sendiri.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
Hama tanaman semangka dapat digolongkan
dalam 2 kelompok: hama yang tahan dan tidak tahan terhadap peptisida. Hama yang
tidak tahan terhadap pestisida (Kutu daun, bentuk seperti kutu), umumnya
berwarna hijau pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudah berkembang
biak. Gejala yang terjadi daun berberecak kuning, pertumbuhannya terhambat.
Pengendalian dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan obatobatan. Hama
kedua adalah hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus, binatang
piaraan (kucing, anjing dan ayam). Pengendallian: menjaga pematang selalu bersih,
mendirikan pagar yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alat yang
menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran jaga.
1) Thrips
Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak. Pengendalian menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman basah dan merata.
Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak. Pengendalian menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman basah dan merata.
2) Ulat perusak daun
Berwarna hijau dengan
garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, tanda serangan daun dimakan sampai
tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang.
Pengendalian: dilakukan secara non kimiawi dan secara kimiawi.
3) Tungau
Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan tanaman, membela diri dengan menggigit dan menyengat. Tandanya, tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: dilakukan secara non-kimiawi dan dengan pestisida.
Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan tanaman, membela diri dengan menggigit dan menyengat. Tandanya, tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: dilakukan secara non-kimiawi dan dengan pestisida.
4) Ulat tanah
Berwarna hitam
berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan
bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat
dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian : (1) penanaman secara serempak
pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan pemberantasan
sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian secara kimiawi, dengan
obat-obatan sesuai dengan aturan penanaman buah semangka.
5) Kutu putih dan Lalat
buah
Ciri-ciri mempunyai
sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercakbercak dan mempunyai
belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti
tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat memar.
Pengendalian : dilakukan secara non kimiawi (membersihkan lingkungan terutama pada
kulit buah, tanah bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul). Secara
kimiawi : dengan obat-obatan.
7.2. Penyakit
1) Layu Fusarium
Penyebab:
lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab).
Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur, lambat laun
akan. Pengendalian: (1) secara non kimiawi dengan pergiliran masa tanam dan
menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang
belum ditanami, atau menanam benih yang sudah direndam obat; (2) secara kimiawi dilakukan penyemprotan bahan fungisida secara periodik.
belum ditanami, atau menanam benih yang sudah direndam obat; (2) secara kimiawi dilakukan penyemprotan bahan fungisida secara periodik.
2) Bercak daun
Penyebab: spora bibit
penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala : permukaan
daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering
dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu.
Pengendalian: (1) secara non kimiawi seperti pada penyakit layu fusarium; (2)
tanaman disemprot dengan fungisida yang terdiri dari Dithane M 45 dosis 1,8-2,4
gram/liter; Delsene MX 200 dengan dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65 Wp dosis
2-3 gram/liter dan Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.
3) Antraknosa
Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian: (1) dilakukan secara non kimia sepeti pengendalian penyakit layu fusarium; (2) menggunakan fungisida Velimex 80 WP dosis 2-2,5 gram/liter air.
Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian: (1) dilakukan secara non kimia sepeti pengendalian penyakit layu fusarium; (2) menggunakan fungisida Velimex 80 WP dosis 2-2,5 gram/liter air.
4) Busuk semai
Menyerang pada benih
yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat dan
rebah kemudian mati. Pengendalian: benih direndam di dalam obat Benlate 20 WP
dosis 1-2 gram/liter air dan Difolathan 44 FF dosis 1-2 cc/liter air.
5) Busuk buah
Penyebab: jamur/bakteri
patogen yang menginfeksi buah menjelang masak dan aktif setelah buah mulai
dipetik. Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik
selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu
siang hari tidak berawan/hujan.
6) Karat daun
Penyebab: virus yang
terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun tanaman. Gejala: daun
melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul
rekahan membujur pada batang. Pengendalian: sama seperti penyakit layu
fusarium. Belum ditemukan obat yang tepat, sehingga
tanaman yang terlanjur terkena harus, supaya tidak menular pada tanaman sehat.
tanaman yang terlanjur terkena harus, supaya tidak menular pada tanaman sehat.
7.3. Gulma
Selain gangguan oleh hama dan penyakit, gangguan juga disebabkan kekurangan/kelebihan unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pohon semangka yang kekurangan dan kelebihan unsur hara tersebut, menderita akibat adanya gulma (tanaman pengganggu).
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: setelah terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen). Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenis triploid, maupun jenis buah berbiji).
8.2. Cara Panen
Dalam pemetikan buah yang akan dipanen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer. Sebaik nya pemotongan buah semangka dilakukan beserta tangkainya.
8.3. Periode Panen
Panen dilakukan dalam beberapa periode. Apabila buah
secara serempak dapat dipanen secara sekaligus, tetapi apabila tidak bisa
bersamaan dapat dilakukan 2 kali. Pertama dipetik buah yang sudah tua, ke-dua
semuanya sisanya dipetik semuanya sekaligus. Ke-tiga setelah daun-daun sudah
mulai kering karena buah sudah tidak dapat berkembang lagi maka buah tersebut
harus segera dipetik.
8.4. Prakiraan Produksi
Hasil produksi dari masing-masing pohon semangka perlu
diadakan pembatasan hasil buahnya, sehingga dapat diperkirakan jumlah
produksinya. Secara wajar, jumlah buah berkisar antara 2-3 buah setiap pohon (1
buah pada cabang pohon dan 2 buah pada batang utama dari pohon), dengan berat
buahnya ± 6-8 kg per pohon.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus
diusahakan sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga akan
mempengaruhi mutu buah dan harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi adanya derajat
kemasakan yang tepat, karena akan mempengaruhi mutu rasa, aroma dan penampakan
daging buah, dengan kadar air yang sempurna.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan
dan permintaan pasaran. Penyortiran dan penggolongan buah semangka dilakukan
dalam beberapa klas antara lain:
1) Kelas A: berat = 4 kg,
kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
2) Kelas B: berat ± 2-4 kg,
kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3) Kelas C: berat < 2
kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar
(sambil menunggu harga lebih baik) dilakukan sebagai berikut:
1)
Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, dan kelembaban udara
antara 80-85%;
2)
Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2
dan kadar CO2 dengan asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida (CO2),
dapat mengurangi proses respirasi;
3)
Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan penyimpanan jangka
pendek dengan cara memberi alas dari jerami kering setebal 10-15 cm dengan
disusun sebanyak 4-5 lapis dan setiap lapisnya diberi jerami kering.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu
baik sampai pada tujuan akhir dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan
yang secara benar dan hati-hati.
1)
Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah pengangkutan.
2)
Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat dihindari.
3)
Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan berat buah.
9.5. Penanganan Lain
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai harga dan jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen. Semakin cepat dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui sistem borongan dengan harga yang lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan (seperti produsen, pengumpul, pengecer).
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya tanaman semangka dengan luas 1 hektar permusim tanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat tahun 1999.
1) Biaya produksi
1. Lahan
·
Sewa lahan 1 ha per musim tanam Rp. 800.000,-
·
Pembuatan bedengan 50 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 350.000,-
·
Pupuk kotoran ayam 9 ton @ Rp. 75.000,- Rp. 675.000,-
·
Dolomit 500 kg @ Rp. 250 Rp. 125.000,-
·
Mulsa plastik 100 kg @ Rp. 7.500,- Rp. 750.000,-
·
Pupuk kandang dan dolomit 11 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 77.000,-
2. Persemaian
·
Benih semangka biji 20 gr 2 pak @ Rp. 20.000,- Rp. 40.000,-
·
Benih semangka tanpa biji 200 gram 10 pak Rp. 800.000,-
·
Polybang semai 3 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 30.000,-
·
Plastik transparan 20m @ Rp. 1.500,-,- Rp. 30.000,-
·
Tenaga persemaian 12 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 60.000,-
3. Kebutuhan pupuk
·
Urea 210 kg @ Rp.1.500,- Rp. 315.000,-
·
ZA 520 kg @ Rp. 1.500,-,- Rp. 780.000,-
·
TSP 140 kg @ Rp. 1.800,-,- Rp. 252.000,-
·
KC1 455 kg @ Rp. 1.650,-,- Rp. 750.750,-
·
Pupuk susulan NPK 60 kg @ Rp 2.400,- Rp. 144.000,-
4. Penanaman
·
Penebaran pupuk dan mulsa plastik 40 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 280.000,
·
Furadan 10 kg @ Rp. 6.500,- Rp. 65.000,-
·
Pindah tanam 23 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 161.500,-
5. Pemeliharaan
·
Pengairan 14 HKP @ Rp. 7.000 Rp. 98.000,-
·
Pengukuran ranting 9 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 63.000,-
·
Pemupukan susulan dan penyemprotan 33 HKP @ Rp. 7.000 Rp. 231.000,-
·
Penyerbukan 27 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 189.000,-
·
Seleksi buah 8 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 56.000,-
·
Pembalikan tanah 10 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 70.000,-
·
Pemangkasan ranting 12 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 84.000,-
6. Tenaga kerja
·
Tenaga jaga kebun 10 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 70.000,-
7. Pembuatan gubug 1 lokasi
@ Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
8. Panen dan pascapanen 22
HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 154.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 7.600.250,-
Jumlah biaya produksi Rp. 7.600.250,-
9. Pendapatan
1) Semangka tanpa biji
(22.872 kg x Rp.525,-) Rp. 12.007.800,-
2) Semangka berbiji (2.977
kg x Rp. 475,-) Rp. 1.414.075,-
Jumlah pendapatan Rp. 13.421.875,-
Jumlah pendapatan Rp. 13.421.875,-
3) Keuntungan per hektar
(dalam 1 musim) Rp. 5.821.625,-
Keuntungan per bulan Rp. 1.455.406,25
Keuntungan per bulan Rp. 1.455.406,25
4) Parameter kelayakan
usaha
10. Rasio pendapatan dan
biaya: B/C ratio = 1,76
Berdasarkan analisis kelayakan usaha tani diperoleh B/C ration = 1,76 berarti dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar 3.699.750 akan memperoleh pendapatan 1,76 kali lipat.
10.2.Gambaran Peluang Agrobisnis Teknik budidaya semangka secara konvensional telah dipahami. Akan lebih sempurna bila diketahui pula nilai ekonominya. Hal ini penting untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha yang menyangkut biaya produksi dan pendapatan dalam setiap hektarnya. Selain petani dapat memperkirakan luas areal penanaman semangka yang dikehendaki, juga akan diusahakan sesuai modal yang dimiliki.
Untuk mendukung perhitungan analisis usaha tani semangka konvensional ada beberapa hal yang perlu dikemukakan antara lain:
Berdasarkan analisis kelayakan usaha tani diperoleh B/C ration = 1,76 berarti dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar 3.699.750 akan memperoleh pendapatan 1,76 kali lipat.
10.2.Gambaran Peluang Agrobisnis Teknik budidaya semangka secara konvensional telah dipahami. Akan lebih sempurna bila diketahui pula nilai ekonominya. Hal ini penting untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha yang menyangkut biaya produksi dan pendapatan dalam setiap hektarnya. Selain petani dapat memperkirakan luas areal penanaman semangka yang dikehendaki, juga akan diusahakan sesuai modal yang dimiliki.
Untuk mendukung perhitungan analisis usaha tani semangka konvensional ada beberapa hal yang perlu dikemukakan antara lain:
1) Tanaman semangka
dibudidayakan secara monokultur dengan jarak tanam 5.0 m x 0,8 m sehingga
populasi tanaman setiap hektar mencapai 3.500 tanaman.
2) Varietas tanaman
semangka yang dibudidayakan merupakan jenis unggul (F1 hibrid), yakni varietas
mindful.
3) Di lokasi penanaman
terdapat diesel air sebagai sumber air apabila diperlukan.
4) Tenaga kerja dibedakan
menjadi dua yakni tenaga kerja pria (HKP) dan tenaga kerja wanita (HKW), dengan
ongkos tenaga kerja pria lebih tinggi dari pada tenaga kerja wanita, dengan jam
kerja/hari : 8 jam.
5) Budidaya semangka
dilakukan pada musim kemarau (Maret-September).
Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada besarnya sewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga produksi buah yang didapatkan.
Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada besarnya sewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga produksi buah yang didapatkan.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pada umumnya, khususnya petani semangka, Pemerintah menetapkan
kebijaksanaan dalam memilih urutan jenis tanaman pertanian/hortikultura. Dalam
ruang lingkup berikut telah disusun beberapa pedoman sebagai berikut :
a) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang bernilai ekonomi tinggi, untuk meningkatkan pendapatan petani semangka, baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri.
a) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang bernilai ekonomi tinggi, untuk meningkatkan pendapatan petani semangka, baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri.
a) Mengutamakan jenis
tanaman yang dapat memberi kesempatan tenaga kerja lebih banyak.
b) Mengutamakan jenis
tanaman semangka yang mempunyai prospek pasar dan pemasaran yang baik.
c) Mengutamakan jenis
tanaman semangka yang dapat mempertinggi nilai gizi masyarkat.
11.2.Diskripsi
Berdasarkan uraian diatas, tanaman semangka merupakan salah satu tanaman prioritas utama yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura. Buah semangka mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau pengusaha pertanian tanaman semangka. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat
produk yang berlaku dipasaran maka kita harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a) Semangka yang diproduksi
harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker pada buah;
b) Kepercayaan yang telah
diberikan oleh pelanggan harus dijaga;
c) Pangsa pasar harus
diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi semangka harus dijaga;
d) Buah semangka yang
berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa untuk memberikan kepuasan
pelanggan.
11.4.Pengambilan Contoh
Dalam pengambilan contoh untuk penanganan produksi selanjutnya, umur semangka kurang lebih 56–65 HST, buah semangka yang berukuran besar mempunyai berat rata-rata 2,5 kg, ukuran sedang 1,0–2,5 kg, dan ukuran kecil berat buah sekitar 400 gram.
11.5.Pengemasan
Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat juga menggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutan benang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.
Sumber
: Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS, Jakarta.
0 komentar: